Friday, July 18, 2008

JERITAN SEORANG PEMUDA

Perjuangan bukan hanya dinilai oleh seberapa banyakk tetesan darah yang tertumpah di medan laga, atau berapa banyak nyawa atau mayat yang dikorbankan yang tergeletak tak berdaya di tengah medan pertempuran. Perjuangan kini telah berubah, berganti wajah dengan hal yang lebih baik, lebih elegan bukannya tidak menghargai para pendahulu kita yang telah gugur memperjuangkan kemerdekaan atau kebebasan yang sekarang kita nikmati bersama...
Namun apakah kita benar-benar yakin bahwa perjuangan kita telah berakhir dengan didapatkannya kemerdekaan dan kebebasan yang tampaknya telah kita dapatkan sekarang.......
Sebagai seorang mahasiswa yang sering disebut sebagai agen of change atau agen perubahan kita hendaknya berkata dengan tegas bahwa perjuangan ini belum berakhir. Bukalah mata lebar-lebar, bukan hanya mata indrawi kita namun mata hati kita, lihatlah kesengsaraan di depan mata, lihatlah kemiskinan yang terus melanda, sementara kita generasi muda terlalu terlena pada dunia hedonis yang memabukkan.
Untuk kalian yang masih terlena dan mabuk dengan kegemerlapan dunia hedonis bacalah dan rasakan cerita ini.....

Ditepian emperan ibukota yang dikenal dengan gemerlapnya dunia, indahnya kekuasaan yang bertaburan dengan pundi-pundi uang duduklah seorang ibu yang menggendong anaknya. Sang anak yang sedari tadi merengek dan kemudian menangis hingga tangisanya memekakan telinga sang ibu. Namun tahukah apa yang dilakukan sang ibu, dia dengan lunglai duduk ditepi emperan jalan, memandangi anaknya yang menagis yang teriakannya semakin keras. Sang ibu hanya diam.. sambil memadang lekat pada sang anak tak terasa matanya sembab lalu air mata jatuh bercucuran... sementara tak jauh dari sang ibu ada dua anak lelaki duduk dipinggiran tumpukan sampah yang semakin menjulang seakan sampah itu hendak jatuh menimbun dua anak kecil ya ng sedang duduk sambil membawa buku lusuh yang mereka temukan di dalam tumpukan sampah yang meninggi. Dengan antusias mereka memandangi gambar-gambar dalam buku itu, tampak deretan huruf dibawah gambar namum mereka tak mengerti apa itu, mereka terlalu antusias melihat gambar anak-anak berseragam merah putih yang sedang duduk berderat, didepannya tempak seorang wanita memegang benda berwarna putih sedang menggembar bentuk yang kemudian mereka kenali sebagai deretan yang sama dengan deretan huruf yang terletak di bawah gambar. Namun apa mau dikata kedua anak itu hanya saling pandang dan kemudian melajutkan melihat gambar...
Mengertilah kalian sekarang????
Pahamilah jangan anggap itu hanya cerita konyol atau sampah, tau kah bahwa cerita itu nyata, benar-benar terjadi bahkan mungkin berada tepat di depan hidung kalian. Anak-anak yang kelaparan digendongan sang ibu, ibu yang tak tahu harus berbuat apa karena hartanya telah habis, ludes, hilang karena keponggahan penguasa, kementerengan harga kebutuhan dan jangan lupa anak-anak yang haus oleh pendidikan. Tegakah kita melihat i semua itu, dimana mati hati kita???
Kita lah generasi muda yang bisa mengubahnya, kita lah yang bisa memperbaikinya ditangan kita semuanya kelak bertumpu, maka janganlah sia-siakan apa yang kita dapat dan peroleh sekarang , janganlah lagi terlena oleh kehedonisan, bersantai atau bersengang-sejenak bolehlah namun tidak begitu saja tenggelam oleh kesenangan itu.
Ingatlah bahwa perjuangan kita belum selesai, jangan sia-siakan tumpahan darah dan hilangnya nyawa para pendahulu kita, jangan sampai saat kita mati nanti dimana tubuh telah tertutup oleh tanah yang kelama-laman akan membusuk dan bertemu dengan para pendahulu kita, para pejuang kita, para founding father kita yang dapat kita berikan hanya tudukan, tundukan yang dalam yang seolah-olah lebih baik kita tak berkepala ,karena yang kita berikan yhanya tundukan malu....
Malu karena kita tidak dapat meneruskan perjuangan mereka, malu karena kita tidak dapat menjaga amanat mereka, malu karena kita tidak bisa memberikan apa-apa...

ditulis oleh :D’Ra TP 07

0 komentar:

Post a Comment